Kalau diajak ke Singapura, selalu nggak pernah nolak. Beberapa teman suka nanya, kenapa sih suka banget bolak-balik Singapura? Jawabanku pasti “selalu ada yang baru di kota ini.” Selain karena selalu dapat tiket yang under normal price -seperti PP 300-400ribu-, aku juga bukan orang yang picky soal “kabur” sejenak dari kenyataan. Selama ada kesempatannya, suka aku ambil aja hehehe. Tahun ini kesempatan ke Singapura aku pergunakan untuk strolling around the city, seperti melihat free show atau menyusuri kawasan yang baru direvitalisasi (dihidupkan kembali).
Hal yang paling menarik untuk liburan kali ini adalah penginapannya. Aku pergi berenam dengan keluargaku (belum full team loh itu, haha) dan memutuskan untuk tidur di hostel dengan bunk bed. Tujuannya agar satu kamar bisa semua masuk dan karena kita akan sangat jarang berada di penginapan, jadi kita memilih penginapan berdasarkan lokasi. Nah, aku punya satu rekomendasi penginapan yang bagus sekali baik secara lokasi maupun service. Adamson Inn ini berada di sekitar Kampong Glam (3 Jln Pinang, Singapore) dan ini secara lokasi sangat-amat-recommended-sekali! Untuk yang muslim, tidak perlu pusing mencari makanan halal karena ini adalah daerah yang nyaris semuanya makanan halal. Most food di sini adalah makanan arab/india seperti martabak, nasi briyani, chicken curry, dan favorit aku adalah teh tarik! Tidak ada penginapan yang super murah di Singapura, tapi kalau mau cari lokasi yang menyenangkan dan mencoba hotel ala-ala backpacker, Adamson Inn adalah tempat yang tepat. Solat pun bisa menjadi sangat menyenangkan dan khusyu karena hostel ini bertetangga dengan Sultan Mosque (salah satu destinasi wisata di Singapura). Jadi selama di sini, teman-teman akan tetap bisa mendengarkan adzan.


Oh iya, untuk hari ini perjalanan kali ini, kita tidak lagi menggunakan EZ-Link sebagai kartu transportasi di Singapura. Kita menggunakan Singapore Tourist Pass yang bisa dibeli di bandara juga saat pertama kali naik MRT. Harganya 20 SGD dan itu ada depositnya, bisa diambil waktu nanti pulang tuker tiket (seperti kita tuker tiket untuk tiket harian di commuter line). Waktu itu aku belinya yang standar bukan yang plus jadi kartu ini tidak include transportasi seperti ke Sentosa dan beberapa bus pun tidak dilayani oleh kartu ini (biasanya bus yang ada tulisannya “express”, bisa cek di halte atau internet). Jadi pas pilih rute di halte bus, sedikit lebih cermat saja agar tidak salah naik bis. Overall kartu ini worth it sekali dan selama perjalanan kali ini, aku banyak menggunakan transportasi bis karena udah free pass! Jadi selalu cari halte terdekat dari tujuan dan kadang tuker di salah satu bus stop untuk menuju line bus yang lain. Serunya adalah kita bisa benar-benar lihat kotanya seperti apa. Dulu biasanya aku selalu naik MRT, jadi kotanya tidak terlihat.

Sebelum dari melakukan perjalanan kali ini, aku selalu penasaran dengan kondisi terbaru dari Haji Lane. Nah, koridor yang sudah direvitalisasi ini berada tidak jauh dari penginapan. Akhirnya sore-sore setelah sampai dan selesai check in, aku mencoba mengunjungi kawasan ini. Ramai sekali kondisinya tapi masih nyaman untuk melakukan kita melakukan aktivitas. Menariknya, setiap bangunan diberi warna yang berbeda bahkan cenderung kontras, tapi masih bisa menimbulkan kesan yang harmonis. Aku selalu berpikir bahwa mungkin sebelum dilakukan proses pengecatan, terdapat proses riset dan trial error pada satu studi/lab percobaan warna ya? Hahaha atau sepertinya seingat aku memang ada teori keharmonisan warna yang bisa didapat bila kita menggunakan teori seperti komplementer, split komplementer, dan teman-temannya itu. Serius, aku benar-benar penasaran kenapa walaupun kesannya tabrak warna tapi bisa seharmonis itu. Bisa juga dari tipologi bangunan yang serupa tapi tak sama seperti desain jendela, pintu, dan atap yang serupa hingga akhirnya membentuk kombinasi yang sangat harmoni (huhu, ngefans). Kondisi dari setiap bangunan di sini tergolong sangat baik dan terawat, sangat menyenangkan berada di sekitar Haji Lane, Kampong Glam, dan Arab Sreet ini.





Free show yang aku datangi kali ini adalah water fountain show yang diadakan oleh Marina Bay Sands dan lokasinya pun berada tepat di belakang mall ini (di area promenade). Untuk jadwal bisa cek di webnya https://id.marinabaysands.com/ dan kemarin aku datang saat pukul 20.00. Pastikan mendapatkan spot yang tepat agar dapat menikmatinya. Saran aku siap-siap saja di area sekitar LV building, hehehe atau paling depan dekat pagar pembatasnya sekalian. Free show kedua berada tidak jauh dari lokasi Spectra yaitu di Garden by The Bay yang memberikan free lighting show. Saat itu aku sedang beruntung sekali karena musik yang digunakan saat itu berasal dari lagu-lagu film Disney!!! (include Star Wars theme hehehe, gimana ga seneng?). Jadwalnya bisa cek di web nya juga, kemarin aku datang di waktu 08.45. Nah, untuk datang ke free show seperti ini, bisa selalu cek di website nya untuk jadwal-jadwal pertunjukannya. Singapura selalu punya pertunjukan baru untuk kita nikmati secara gratis, jadi sebelum berangkat, bila mode travelling teman-teman adalah para pencari event gratisan, rajin-rajin buka website nya visit singapore ya. Segala promo dan event bisa cek di situ.



Hari terakhir yaitu hari ketiga, aku menghabiskannya dengan explore area Kampong Glam saja sebenarnya. Sempat juga sih mengunjugi kantor polisi yang di redesign yaitu The Old Hill Street Police (loh, fotonya malah lupa aku ambil). Nah bangunan ini dulunya adalah kantor polisi dan sekarang digunakan sebagai kantornya MICA (Ministry of Information, Communications and the Arts). Hal yang menarik dari bangunan berjendela banyak ini lagi-lagi permainan warna yang banyak dan selalu eyecatching (dan selalu berhasil membuat aku penasaran bagaimana itu cara harmonisasi warnanya). Selain itu, di sekitaran area hostel banyak sekali tembok-tembok kosong yang diberi mural dan menjadikan kawasan itu bukan lagi sekedar kawasan rumah atau ruko melainkan menjadi kawasan yang memiliki nilai seni. Pendekatan ini bisa juga dilakukan untuk menghidupkan ruang-ruang yang memiliki dinding besar. Hal seperti ini sudah banyak dilakukan di kota besar. Saat jalan-jalan ke Bangkok pun, dinding yang dicat tidak tanggung-tanggung, besar dan tinggi sekali (ada di postinganku sebelum ini saat di Bangkok). Kan jadi ingin riset di kota tempat tinggal, daerah mana yang bisa diintervensi untuk meningkatkan kualitas lingkungan dengan pendekatan ini, HE HE HE (otaknya masih aja riset). Oh iya, sebelum sampai ke Bandara Changi, kita makan di daerah Paya Lebar. Di sana ada area food court yang menyediakan makanan halal walaupun itu chinese food! (surga banget kaaan) dan sekalian menuju Changi, kita mencoba mampir ke area National Stadium. Ada tempat lari indoornya, menarik sekali. Jadi ingat zaman kerja di Jakarta suka lari di bagian outer ring nya GBK malam-malam, sepertinya menarik juga nih kalau GBK diberi indoor outer ring seperti ini.

Baiklah, sekian ceritaku tentang perjalanan ke Singapura kali ini yang lagi-lagi menemukan hal baru. Makanya, walaupun selalu dibilang “ngapain sih berulang kali ke Singapura?” ya itu…. karena aku selalu bisa menemukan hal yang baru. Bagian terpentingnya sih menurutku urban planner/urban designer/arsitek bisa belajar banyak dari tata kota dan pendekatan yang digunakan Singapura untuk menghidupkan kembali bahkan memberikan sesuatu yang baru untuk kotanya. Walaupun memang harus dipilah dan dipilih karena tentu tipologi dan kondisi Singapura berbeda dengan Indonesia (apalagi masalah luas wilayah), tapi beberapa pendekatan masih relevan untuk diaplikasikan di Indonesia kok (tentunya dengan beberapa analisis kontekstual khusus kawasan di Indonesia. Menariknya lagi, di sini banyak preseden (contoh) yang bisa kita pelajari dan lihat secara langsung. Karena memang beda sekali kalau lihat di internet dengan mempelajari dan merasakan langsung.

***
Salam ceria-cinta-damai,
Marisa Sugangga (April, 2018).